CSE

Loading

Minggu, 12 Januari 2014

UASGZ14

PENGGUNAAN KAPSUL VITAMIN A DOSIS TINGGI SECARA AMAN
Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau lebih rendah) yang dilakukan secara berkala kepada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan Vitamin A delam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti xeroptalmia, kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
Pemberian kapsul vitamin A 200.000 SI kepada anak usia 1-5 tahun dapat emberi perlindungan selama 6 bulan, tergantung berapa banyak vitamin A dari makanan sehari-hari dikonsumsi oleh anak dan penggunaannya dalam tubuh.

Baca Selengkapnya disini 

TANYA JAWAB TENTANG HIPERVITAMINOSIS VITAMIN A
1.a. Apakah kapsul vitamin A 200.000 SI berbahaya bila diberikan kepada anak umur 1 tahun yang telah cukup mengkonsumsi makanan-makanan sumber vitamin A ?
Tidak. Pada anak-anak, dosis tunggal vitamin A 200.000 SI masih dibawah maksimum daya simpan hati. Kira-kira 50 % dari dosis yang akan disimpan dalam tubuh anak.
1.b Apakah pemberian itu justru akan menolong?
Ya, untuk mencegah kekurangan vitamin A dan akibat-akibatnya termasuk xeroftalmia dan meningkatnya kemaian, sekiranya masukan suplai vitamin A melalui makanan menurun oleh karena berkurangnya nafsu makan, karena sakit. Setelah beberapa waktu menderita kekurangan vitamin A dan/atau menderita penyakit infeksi, cadangan vitamin A yang ada dalam hati cepat sekali terkuras
2.a. Jika seorang anak umur 1 tahun telapak tangannya kekuning-kuningan apakah ini tanda kebanyakan karoten ?
Hal itu merupakan suatu kemungkinan, tetapi sangat jarang terjadi, bahwa pada umur tersebut seorang anak dapat/akan mengkonsumsi karoten dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan warna kulit.
2. Apakah kapsul vitamin A dosis 200.000 SI membahayakan?
Tidak. Suplemen kapsul vitamin A dosis tunggal 200.000 SI tidak akan membahayakan, meskipun konsumsi karoten anak tersebut telah tinggi. Hypervitaminosis tidak disebabkan karena kebanyakan konsumsi karotenoid, terutama sekali karena rendahnya tingkat konversi karotenoid menjadi vitamin A.
Catatan :
Ada berbagai bentuk vitamin A. Bentuk jadi vitamin A (retinol) terdapat pada mamalia dan ikan. Karotenoid adalah bentuk provitamin A yang terdapat dalam sayur-sayuran daun berwarna hijau tua dan beberapa buah-buahab berwarna, yang didalam didinding usus diubah menjadi vitamin A aktif. Karotenoid tidak toksis tetapi dapat mewarnai jaringan lemak dan menyebabkan kulit berwarna kekuning-kuningan apabila dikonsumsi dalam dosis yang sangat besar dan dalam jangka waktu yang lama.
3. Apakah kapsul vitamin A 200.000 SI berbahaya bagi anak umur 1 tahun yang menderita penyakit kuning (jaundice)?
Tidak. Kapsul vitamin A 200.000 SI tidak membahayakan anak umur 1 tahun yang menderita penyakit kuning. Penyakit kuning disebabkan karena kerusakan sel-sel darah merah dalam jumlah yang berlebihan, peradangan hati dan/atau penyumbatan dalam hati. Pada semua tipe penyakit kuning, pengobatan harus ditujukan kepada penyebabnya, bukan pada gejalanya. Suplementasi vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, dianjurkan.
4. Apa yang akan terjadi bila bayi umur 6 bulan mendapat vitamin A 200.000 SI ?
Bayi umur dibawah 6 yang mendapat dosis tunggal lebih dari 100.000 SI mungkin akan mengalami penonjolan ubun-ubun (bagian lunak pada kepala bayi). Tetapi keadaan ini hanya terjadi pada sebagian kecil bayi (<1%). Penonjolan ini akan membantu menghilangkan tekanan intrakranial yang hanya sedikit meningkat. Tanda-tanda ini hanya sementara dan hilang dalam waktu 2 hari. Jika anak mengkonsumsi vitamin A dosis lebih dari 200.000 SI, maka anak akan merasa agak mual, muntah atau sakit kepala. Hasil ini terjadi pada 5-20 % anak-anak yang mendapat 300.000 SI – 400.000 SI sekali minum. Dosis yang lebih besar dalam jangka waktu yang lebih sering dapat menimbulkan efek samping dan harus dihindari
5. Pemberian vitamin A dosis 50.000 IU kepada bayi umur 6 minggu katanya dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat disembuhkan. Apakah betul ?
Pedoman WHO (“Field guide to the detection and control of Xerophthalmia, WHO, 1982”) menganjurkan agar anak-anak diberi vitamin A 50.000 IU pada saat lahir (atau 25.000 IU pada kunjungan EPI (kontak imunisasi), yaitu 4 kali dalam umur 6 bulan pertama) untuk mencegah kekurangan vitamin A dan meningkatkan cadangan vitamin A dalam hati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin A 50.000 IU dosis tunggal kepada anak -anak di bawah umur 1 bulan tidak menunjukkan, bahwa efek samping. Khususnya, data yang diperoleh dari ribuan anak-anak di Nepal menunjukkan bahwa neonatus (umur < 1 bulan) tahan terhadap dosis tunggal 50.000 IU tanpa tanda-tanda terjadi efek kelebihan. Hanya sedikit sekali dari bayi-bayi usia 1-5 bulan yang mendapat dua kali jumlah ini (100.000 IU sebagai dosis tunggal) yang menunjukkan sedikit penonjolan ubun-ubun (+0.5 %) dan muntah-muntah (+2.0 %). Efek samping terjadi hanya untuk sementara.
6. Apakah bayi dapat mengalami kelebihan vitamin dari ASI, sekiranya ibunya mengkonsumsi terlalu banyak vitamin A ?
Tidak. Telah dibuktikan bahwa ibu menyusui serta bayinya akan memperoleh keuntungan jika ibu mendapat vitamin A oral 200.000 IU dosis tunggal segera setelah melahirkan (dalam waktu 1 bulan/masa nifas) Ini akan menjamin jumlah vitamin A yang cukup dalam ASI untuk membantu memenuhi kebutuhan anak. Jumlah vitamin A dalam ASI tidak akan mencapai kadar yang membahayakan bagi bayi, betapa banyakpun bayi itu disusui. Karena itu kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000) IU harus diberikan kepada ibu nifas.
Catatan
Meskipun konsumsi dan kadar serum vitamin A dari ibu cukup, konsentrasi vitamin A (retinol dan karoten) dalam ASI akan menurun setelah beberapa lama menyusui dan penurunan terbesar terjadi pada awal masa laktasi.
7. Jika ibu hamil mengkonsumsi terlalu banyak vitamin A, apakah ada resiko terhadap janinnya?
Ada kemungkinan terjadi resiko pada janin, bila si ibu mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada trimester pertama. Hasil percobaan binatang menunjukkan terjadi cacat bawaan, baik akibat hipovitaminosis maupun hipervitaminosis A selama kehamilan; tetapi pada manusia hasil tersebut secara statistik tidak bermakna.
Meskipun demikian, mengingat adanya data tentang akibat tersebut diatas, baik pada manusia maupun hewan, bagi wanita-wanita usia subur yang mungkin sedang hamil (misalnya bila telah lebih 6 bulan setelah kelahiran bayi terakhir), sebaiknya hanya mengkonsumsi vitamin A dengan kadar yang secukupnya saja.
8. Apakah vitamin A aman diberikan kepada wanita hamil?
Vitamin A dosis tinggi tidak dianjurkan untuk diberikan kepada wanita hamil. Untuk menjaga kesehatan dapat diberikan dosis kecil, yaitu yang tidak melebihi 10.000 IU per hari.
9. Bagaimana dengan wanita hamil yang menderita bercak Bitot atau gejala lain dari xeroftalmia?
Jika wanita hamil menderita rabun senja atau bercak Bitot, ia harus mendapat vitamin A oral 10.000 IU tiap hari paling sedikit selama 2 minggu.
Bila terjadi xeroftalmia dengan lesi kornea yang aktif pada wanita usia subur atau pada wanita yang mungkin sedang hamil, harus dipertimbangkan antara resiko yang mungkin terjadi pada bayi akibat vitamin A dosis tinggi, dan akibat serius kekurangan vitamin A pada ibu bila ibu tidak mendapat vitamin A dosis tinggi. Menurut WHO, UNICEF dan IVACG, adalah beralasan bahwa dalam keadaan seperti ini ibu segera diberi vitamin A 200.000 IU
10. Sebagai seorang dokter dan pengelola program vitamin A, apa yang harus diketahui tentang frekuensi suplementasi vitamin A/distribusi?
Setiap anak yang membutuhkan vitamin A harus mendapat vitamin A. Ini termasuk juga anak-anak dalam masa pertumbuhan yang seharusnya mendapat vitamin A setiap 6 bulan sekali. Perlu ditambahkan, ini juga termasuk anak-anak yang beresiko tinggi, misalnya terhadap diare yang kronis, campak dan lain-lain. Sebagai contoh, seorang anak yang menderita campak dan telah mendapatkan vitamin A dosis 200.000 IU bulan yang lalu harus mendapatkan tambahan 1 kapsul vitamin A 200.000 IU dan bila perlu diberikan 1 kapsul lagi hari berikutnya. Hal ini akan meningkatkan proses penyembuhan anak dan mencegah kekurangan vitamin A serta komplikasinya.
11. Kapan “hipervitaminosis” atau kelebihan vitamin A dapat terjadi ?
Hipervitaminosis akut
Jika anak umur 1-5 tahun menkonsumsi lebih dari 300.000 IU dosis tunggal, maka mungkin akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia
Hipervitaminosis kronis
Bayi dan anak usia muda dapat menderita hipervitaminosis kronis, jika mereka megkonsumsi lebih dari 25.000 IU tiap hari selama lebih dari 3 bulan baik yang berasal dari makanan maupun dari pemberian suplemen vitamin.
12. Bagaimana tanda-tanda atau gejala-gejala hipervitaminosis vitamin A?
Hipervitaminosis vitamin A
Suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan tubuh begitu tinggi sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan
Hipervitaminosis akut
Disebabkan karena pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar, atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari.
Hipervitaminosis A akut
Pada bayi dan anak-anak biasanya terjadi dalam waktu 24 jam. Pada beberapa anak, mengkonsumsi dosis 300.000 IU atau lebih dapat menyebabkan mual, muntah dan sakit kepala. Penonjolan ubun-ubun dapat terjadi pada bayi umur kurang dari 1 tahun yang mengkonsumsi dosis yang sangat besar. tetapi ini ringan dan akan hilang seketika dalam waktu 1-2 hari. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis.
Hipervitaminosis kronis
Disebabkan karena mengkonsumsi dosis tinggi yang berulang-ulang dalam waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang dewasa yang mengatur pengobatannya sendiri.
Hipervitaminosis A kronis
Pada anak-anak usia muda dan bayi biasanya menyebabkan anoreksia (tidak nafsu makan), kulit kering, gatal dan kemerahan, peningkatan tekanan intra-kranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan membengkak. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis. Disamping itu hendaknya terhadap kemungkinan penyakit lain yang dapat merupakan penyebabnya.
13. Jika seseorang mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi yang melebihi 200.000 IU, apa yang terjadi pada vitamin A yang berlebih tersebut dalam tubuh?
Sebagian besar dari vitamin A yang berlebih tersebut dalam bentuk yang tidak berubah akan dikeluarkan melalui air seni dan tinja, selebihnya disimpan dalam hati.
Dalam kasus-kasus khusus (jarang terjadi), pemberian vitamin A jangka panjang akan menyebabkan simpanan dalam hati menjadi jenuh, kadar vitamin A dalam hati dan darah akan tetap tinggi sampai tubuh menggunakan kelebihan vitamin A tersebut.
14. Apakah akan terjadi kerusakan hati yang permanen akibat vitamin A dosis tinggi?
Dengan dosis yang sangat tinggi lebih dari berbulan-bulan atau bertahun-tahun, hati dapat membesar dan berlemak. Namun demikian, hati akan kembali normal, begitu suplementasi vitamin A yang berlebihan tersebut dihentikan.
15. Berapa banyak kapsul vitamin A 200.000 IU yang ditelan sekaligus, yang dianggap toksis untuk anak umur 1 tahun yang “intake” vitamin A-nya cukup; dan untuk yang kekurangan vitamin A?
Anak umur 1 tahun tidak diberi dalam bentuk kapsul, kapsul harus dipotong dan dipencet hingga semua isinya masuk dalam mulut anak. Dengan demikian untuk menelan beberapa kapsul sekaligus tampaknya tidak akan terjadi. Pemberian isi dua kapsul sekaligus dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini tidak serius dan hanya bersifat sementara, baik pada anak yang kekurangan vitamin A maupun yang tidak. Namun demikan harus diusahakan agar tidak sampai memberikan 2 kapsul sekaligus.
16. Bagaimana jika umur 1 tahun menerima 2 kapsul vitamin A 200.000 IU dalam satu bulan atau dalam 24 jam?
Anak tidak akan menderita efek samping jika mendapat 2 kapsul dalam satu bulan (lihat no. 15 diatas). Anak-anak dengan xeroftalmia perlu 1 kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi pada hari kedua, dan 4 minggu kemudian 1 kapsul lagi. Anak-anak dengan campak perlu segera diberikan 1 kapsul 200.000 IU.
Jika anak mendapat 2 dosis dari 200.000 IU dalam 24 jam, anak mungkin menderita pusing, mual dan muntah. Tetapi ini akan hilang dalam 1 sampai 2 hari.
17. Bagaimana bila anak umur satu tahun menelan 10 kapsul sekaligus ?
Vitamin A 2.000.000 IU merupakan penyebab hipervitaminosis akut dan akan menyebabkan sakit kepala, pusing, mual, muntah dan anoreksia (tidak nafsu makan) yang berat. Hal ini tampaknya dalam prakteknya (pelaksanaannya) tidak akan terjadi. Ingat, kebanyakan anak umur ini tidak mengkonsumsi dalam bentuk kapsul; dan keluarga juga tidak menyimpan/mempunyai persediaan kapsul dalam jumlah besar yang mungkin dapat diambil anak
18. Berapa lama tanda-tanda atau gejala-gejala ini akan hilang setelah konsumsi vitamin A diberhentikan ?
Akut: Gejala-gejala biasanya sementara dan akan hilang dalam waktu 2 hari
Kronis: Masalah yang tampak sebagian besar akan hilang dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan
19. Saya seorang perawat, kalau saya menemui kasus dengan gejala kemungkinan (dugaan) hipervitaminosis vitamin A, bagaimana saya mengatasinya ?
Kemungkinan beasr anda tidak akan melihat kasus kelebihan dosis vitamin A. Akan tetapi kalau anda menemui kasus ini, hentikan saja pemberian vitamin A. Gejala-gejala hipervitaminosis vitamin A akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-4 hari. Jika fasilitas memungkinkan, sebaiknya dirujuk ke Puskesmas dan dilaporkan.
20. Apakah ada resiko keracunan akibat vitamin A yang telah kadaluarsa dan apakah ada resiko pada anak jika mengkonsumsi vitamin A yang telah kadaluarsa ?
Tanda kadaluarsa produk khusus dari vitamin A yang tercantum pada kemasan menentukan akhir masa simpan dari produk tersebut (“shelf life”). Masa simpan suatu produk menyangkut periode yang telah ditentukan, dalam kondisi penyimpanan yang baik, 90 % dari potensi vitamin A yang ditetapkan masih dapat dijamin.
Idealnya kapsul vitamin A disimpan dalam suhu rendah, misalnya <15°C atau <59°F, dalam wadah yang efektif dapat mencegah terkena sinar matahari (berwarna gelap), oksigen, kelembaban, bahan-bahan oksidasi dan logam-logam.
Kapsul yang telah kadaluarsa tidak membahayakan. Akan tetapi, vitamin dalam kapsul tersebut mungkin telah berkurang dibawah nilai yang telah ditetapkan, yaitu 90%, tergantung cara penyimpanannya, sehingga tidak lagi efektif seperti yang diharapkan.
Kapsul vitamin A yang telah disimpan lebih dari 2,5 tahun pada suhu 23°C (73,4°F) dalam wadah berwarna gelap yang tertutup masih mengandung > 90% potensi semula. Pada suhu yang lebih tinggi potensi kapsul akan lebih banyak berkurang. Tak ada resiko bila mengkonsumsi kapsul yang telah lama. Akan tetapi dengan berlalunya waktu, kadar vitamin A akan makin berkurang, sehingga menjadi kurang efektif.
21. Bagaimana kita dapat menentukan kapan botol yang berisi kapsul yang telah kadaluarsa harus dibuang?
Jika dijumpai perubahan fisik pada kapsul vitamin A seperti berjamur, lembik atau saling melengket dan sulit dipisahkan satu sama lain, walaupun belum kadaluarsa sebaiknya tidak digunakan.
Jika anda mempunyai suplai kapsul vitamin A dalam botol dengan jumlah yang besar, yang sudah 1 atau 2 tahun lebih dari tanggal kadaluarsa, sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium tentang kadar retinolnya. Ini dibenarkan jika menyangkut jumlah kapsul yang besar karena biaya analisa untuk satu kapsul sama mahalnya dengan harga 3000 kapsul. Karena itu keputusan untuk melakukan analisa potensi hanya dapat dilakukan ditingkat kabupaten/propinsi/pusat.
Akan tetapi, jika tidak dilakukan pemeriksaan kadar vitamin A, maka kapsul yang dibagikan tersebut potensinya mungkin telah berkurang meskipun masih efektif untuk mencegah xeroftalmia (walaupun untuk jangka waktu yang lebih pendek)
22. Apakah pernah terjadi kematian yang secara ilmiah ternyata disebabkan karena terlalu banyak vitamin A?
Belum pernah dilaporkan terdapatnya kasus kematian akibat keracunan vitamin A pada manusia. Perlu diingat bahwa kekurangan vitamin A justru merupakan faktor besar dalam kematian anak, yang dapat dengan mudah diatasi dengan pemberian satu kapsul vitamin A dosis tinggi tiap 6 bulan sekali pada anak usia 1 - 5 tahun

Untuk info lebih lanjut , baca file di bawah ini :

PENYEBAB DAN GEJALA HIPERVITAMINOSIS A 

KAPSUL VITAMIN A
VITAMIN A
TANDA-TANDA KEKURANGAN VITAMIN A 
VITAMIN A BAGI IBU NIFAS 

VITAMIN A
PEMAHAMAN TENTANG KAPSUL VIT A 
TENTANG VITAMIN A 
MASALAH TENTANG VIT. A
 VIT. A

CONTOH EXCEL

Laporan Penimbangan Balita
Download disini

Dokumen Panjang

Contoh Dokumen Panjang
Selengkapnya download disini

CONTOH BAR DAN PIE DIAGRAM

CONTOH BAR DAN PIE DIAGRAM DARI TABEL UNIVARIANT
Selengkapnya download disini

POWER POINT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA
Selengkapnya download disini

Senin, 06 Januari 2014

JURNAL TENTANG GIZI



HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN TINGKAT KELUARGA DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI BATITA DI DESA GONDANGWINANGUN TAHUN 2012

ABSTRAK
Kekurangan gizi yang menjadi masalah kesehatan umumnya terjadi pada balita karena merupakan kelompok rentan gizi. Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat kecukupan zat gizi dan ketahanan pangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui analisis hubungan ketahanan pangan tingkat keluarga dan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi batita di Desa Gondang Winangun, Temanggung. Jenis penelitian ini bersifat Explanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 57 orang diambil dengan metode purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
PENDAHULUAN
            Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat di mana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa.i Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia. Jumlah balita di Indonesia menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2007 mencapai 17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% per tahun. United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan sebanyak 7,7 juta balita.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima dalam status gizi buruk. Status ini merupakan akibat instabilitas pangan karena kurangnya nilai gizi dalam konsumsi balitanya. Status gizi balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dibedakan menjadi faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung meliputi tingkat konsumsi gizi, penyakit infeksi, dan adanya riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan faktor tidak langsung meliputi ketahanan pangan keluarga, pola asuh, kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi.
MATERI DAN METODE
Jenis penelitian ini bersifat Explanatory Research yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel penelitian dengan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah individu mengenai variabel tertentu melalui kuesiner, serta menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana pengumpulan data variabel bebas dan terikat dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Populasi penelitian ini adalah semua batita di Desa Gondang Winangun yaitu sebanyak 155 batita. Pengambilan sampel dengan purposive sampling dan proporsional random sampling diperoleh 60 sampel. Data yang dianalisis adalah: a) data ketahanan pangan tingkat keluarga. b) data tingkat kecukupan energi. c) data tingkat kecukupan protein. d) data status gizi batita di Desa Gondang Winangun. Analisis hubungan menggunakan program uji statistik SPSS dengan uji korelasi Rank Spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ketahanan Pangan

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil tentang Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga yaitu sebagian besar sampel penelitian berada dalam keluarga yang tahan pangan (78,3%), dan selebihnya berada dalam keluarga kurang pangan (21,7%). Informasi lengkap dapat dilihat dalam table 1. Tingkat ketahanan pangan keluarga dikelompokkan berdasarkan kemampuan keluarga mencukupi kebutuhan pangannya, yang tercermin dari ada atau tidaknya kejadian penurunan frekuensi dan ukuran makan, kejadian kelaparan dan kesulitan pemenuhan makanan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 78,3% keluarga di Desa Gondang Winangun tergolong tahan pangan, yang artinya mampu mencukupi kebutuhan pangan keluarganya. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyaknya penduduk di Desa Gondang Winangun yang bermata pencaharian sebagai petani. Banyak diantara mereka yang memperoleh makanan pokok seperti beras atau sayuran dari produksi sendiri.
Keluarga yang memiliki sawah atau ladang sendiri dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan cara produksi sendiri, maka dari segi jarak pun keluarga tersebut tergolong mudah untuk mendapatkan bahan makanan. Berbeda dengan keluarga yang tidak mempunyai lahan pertanian, maka keluarga ini harus mencari bahan makanan dan akan mendapatkannya dengan cara membeli. Jarak tempuh yang jauh untuk mendapatkan makanan akan menjadi hambatan bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

B. Tingkat Kecukupan Energi
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi batita di desa Gondang Winangun adalah 102,5% AKG. Angka tersebut menunjukkan rata-rata tingkat kecukupan energi batita baik. Sedangkan angka maksimal yang ditunjukkan adalah 112,58% AKG dan angka minimal adalah 92,73% AKG.
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai jenis makanan. Nilai yang sangat penting dari bahan makanan atau zat makanan adalah bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Penelitian tentang pola konsumsi pangan yang dilakukan oleh Wora di Timor Tengah juga menunjukkan adanya tingkat kecukupan energi kurang pada balita sebanyak 13,3%. Bahkan ada 50% diantaranya tergolong defisit energi. Tingkat kecukupan energi pada kategori defisit dikarenakan kurangnya pengetahuan dari masyarakat khususnya para ibu tentang kecukupan gizi. Penyediaan makanan dalam keluarga dilakukan oleh seorang ibu. Apabila pengetahuan ibu tentang kecukupan gizi kurang, maka banyak diantara mereka yang tidak dapat memanfaatkan bahan makanan yang bergizi yang berakibat timbulnya gangguan gizi. Selain itu, rendahnya pendapatan dan banyaknya anggota keluarga juga menjadi pemicu kurangnya penyediaan makan bagi anggota keluarga yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi.

C. Tingkat Kecukupan Protein
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan protein batita di Desa Gondang Winangun adalah 86,55% AKG. Hal tersebut sama artinya dengan rata-rata tingkat kecukupan protein sampel baik. Nilai maksimal yang diperoleh adalah 101,6% AKG dan nilai minimal yaitu 71,88% AKG. Informasi tentang distribusi tingkat kecukupan protein sampel pada penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

D. Status Gizi Batita
Gambaran distribusi frekuensi sampel berdasarkan status gizi batita dapat dilihat dalam tabel 4.Data dalam tabel 4. diketahui bahwa sebanyak (61,7%) sampel memiliki status gizi baik. Persentase terendah (6,7%) menunjukkan sampel dengan status gizi lebih (>+2 SD), sedangkan sampel yang status gizinya kurang, yaitu antara <-2 SD s/d -3 SD diketahui sebesar (31,7%).
Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Gizi yang cukup dapat memperbaiki ketahanan tubuh, sehingga tubuh akan terhindar dari berbagi penyakit. Status gizi dapat membatu mendeteksi lebih dini resiko terjadinya masalah kesehatan.

E. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Tingkat Kecukupan Energi
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p = 0,826 (p > 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat kecukupan energi.
Hasil uji statistik penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat kecukupan energi. Tidak adanya hubungan antara ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat kecukupan energi ini kemungkinan dikarenakan adanya batita dalam keluarga yang kurang pangan mendapatkan bantuan makan atau asupan energi dari orang lain. Sehingga meskipun berasal dari keluarga kurang pangan tetapi batita tersebut tetap tercukupi kebutuhan energinya. Sebanyak 6 (10%) keluarga mengatakan sering mendapatkan makanan pokok berupa beras dari pemberian orang lain. Namun prioritas pemberian makanan adalah bagi batita, sehingga meskipun keluarga tergolong kurang pangan, kebutuhan makanan atau energi batita masih dapat tercukupi.

F. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Tingkat Kecukupan Protein
Berdasarkan hasil uji statitik diketahui bahwa bersar p = 0,016 (p < 0,05). Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, maka menunjukkan adanya hubungan kedua variabel yaitu antara tingkat kecukupan protein dan ketahanan pangan tingkat kelurga. Koefisien korelasi menunjukkan angka r = 0,310, maka artinya hubungan antara kedua variabel tersebut lemah. Arah hubungan kedua variabel adalah positif, sama artinya dengan semakin baik ketahanan pangan tingkat keluarga maka tingkat kecukupan protein juga semakin baik dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan yang bermakna antara ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat konsumsi protein. Ada kecenderungan keluarga yang tahan pangan maka kebutuhan protein batitanya dapat terpenuhi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa arah hubungan ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat konsumsi protein adalah positif. Kekuatan hubungan kedua variabel tersebut lemah. Ketahanan pangan tingkat keluarga akan mendukung tingkat konsumsi protein. Semakin baik ketahanan pangan keluarga maka tingkat konsumsi protein juga akan membaik. Keluarga tahan pangan tentunya mampu menyediakan makanan bagi setiap anggota keluarganya. Maka bila persediaan makan cukup, keluarga juga mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini didukung dengan data bahwa 83,7% keluarga yang tahan pangan memiliki batita dengan tingkat kecukupan protein yang baik.

G. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi Batita
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Korelasi Rank Spearman pada, didapatkan nilai p = 0,720 (p > 0,05). Hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat ditaril kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi batita. Energi diukur dalam satuan kilo kalori. Energi yang berasal dari protein menghasilkan 4 kkal/gram, lemak 9 kkal/gram dan karbohidrat 4 kkal/gram.iv Tidak adanya hubungan antara kedua variabel tersebut dapat pula disebabkan oleh bias ketika melakukan recall konsumsi makanan. Keterbatasan responden dalam mengingat makanan yang dikonsumsi menyebabkan bias dalam tingkat kecukupan energi. Faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung selain tingkat kecukupan gizi adalah pola asuh terhadap batita. Kegiatan yang dilakukan oleh batita juga menjadi faktor dalam menentukan status gizi batita. Batita yang aktiv tentu saja memiliki kebutuhan energi yang berbeda dengan batita yang tidak banyak melakukan kegiatan. Energi lebih banyak dibutuhkan bagi batita dengan kegiatan yang aktiv, seperti senang berlarian, memanjat, atau kegiatan lain. Asupan energi yang sedang dengan kegiatan yang aktiv oleh batita tentu belum mampu meningkatkan status gizi batita yang ditinjau dari berat badan menurut umurnya.

H. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi Batita
Hasil uji statistik Korelasi Rank Spearman antara tingkat kecukupan protein dan status gizi batita diperoleh p = 0,004 (p <0,05), maka Ha diterima. Hal tersebut berarti antara kedua variabel memiliki hubungan yang bermakna. Koefisien korelasi yang bernilai 0,363 menggambarkan korelasi atau hubungan kedua variabel tersebut lemah. Arah hubungan yang ditunjukkan adalah positif yang artinya apabila tingkat kecukupani protein sebakin tinggi maka status gizi batita pun akan semakin tinggi (baik), demikian pula sebaliknya.
Konsumsi protein sangat penting untuk pembangun dan perbaikan sel-sel dan jaringan. Apabila konsumsi protein terpenuhi maka tubuh juga dapat memperbaiki sel-sel dan jaringan dengan baik. Sehingga bila tubuh dalam kondisi yang sehat, status gizi pun akan normal atau baik. Berat badan erat hubungannya dengan kecukupan protein. Berat badan sangat mempengaruhi status gizi balita. Oleh karena itu protein sangat diperlukan tubuh untuk meningkatkan berat badan dan meningkatkan status gizi.

I. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dengan Status Gizi Batita
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,001 (p<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan atau korelasi antara ketahanan pangan tingkat keluarga dengan status gizi batita. Arah hubungan kedua variabel tersebut adalah positif ( = 0,421). Kekuatan hubungan yang ditunjukkan oleh nilai r tersebut berarti hubungan antara kedua variabel lemah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui adanya hubungan antara ketahanan pangan tingkat keluarga dengan status gizi batita yang dibuktikan dengan hasil uji statistik. Uji statistik tersebut menunjukkan hubungan atau korelasi positif, yang artinya ketahanan pangan dan status gizi berjalan beriringan. Bila ketahanan pangan meningkat maka status gizi batita pun akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 89,2% keluarga yang tahan pangan memiliki batita dengan status gizi baik. Kondisi ketahanan pangan keluarga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang dapat mencukupi kebutuhan anggota keluarganya berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi dan secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap status gizi. Bila ketahanan pangan keluarga baik, yang artinya ketersediaan pangan mampu mencukupi kebutuhan anggota keluarga terutama batita maka tingkat konsumsi pun juga akan baik. Tingkat konsumsi dikatakan baik apabila memenui kebutuhan sesuai angka kecukupan dan tidak ada perubahan konsumsi pangan yang mengarah pada penurunan frekuensi dan ukuran makan. Bila kedua hal tersebut terpenuhi maka dapat dipastikan bahwa status gizinya pun akan baik. Banyaknya responden yang bermata pencaharian sebagai petani tentunya mempermudah keluarga untuk meyediakan makanan dari hasil produksi sendiri. Produksi pertanian yang biasa dipanen antara lain beras, jagung, singkong, dan berbagai jenis sayuran. Produksi pertanian ini tentunya meningkatkan ketahanan pangan dalam keluarga, karena mempermudah akses keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggota keluarga. Pemeliharaan hewan ternak untuk dikonsumsi seperti ayam, itik atau kambing juga mempermudah keluarga dalam memperoleh makanan sumber protein.
Dalam kerangka UNICEF digambarkan tahapan timbulnya masslah gizi kurang anak balita. Kerangka tersebut memberikan informasi tentang penyebab langsung maupun penyebab tidak langsung terjadinya gizi kurang pada balita. Salah satu penyebab tidak langsungnya adalah ketahanan pangan. Sejalan dengan kerangka pikir UNICEF, Soblia juga mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi terutama gizi kurang, yaitu asupan makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor tersebut terkait dengan faktor tidak langsung yaitu ketahanan pangan.


SIMPULAN

1. Sebagian besar (78,3%) keluarga di Desa Gondang Winangun tergolong tahan pangan.
2. Tingkat kecukupan energi pada batita di Desa Gondang Winangun sebagian besar (65%) adalah baik (100-105%AKG).
3. Tingkat kecukupan protein pada batita di Desa Gondang Winangun dengan persentase terbesar (81,7%) adalah baik yaitu 80-100%AKG .
4. Sebagian besar batita (61,7%) di Desa Gondang Winangun memiliki Status gizi baik (2 SD s/d +2 SD).
5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara ketahanan pangan tingkat keluarga dengan tingkat kecukupan energi batita (p=0,826; r=0,029).


 Mau lihat file asli klik disini

Selasa, 17 Desember 2013

Manfaat Sayur dan Buah

Manfaat Mengkonsumsi Sayur Dan Buah Setiap Hari


Terkadang kita sering malas mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, kita lebih sering mengkonsumsi makanan cepat saji dan instan. Makanan seperti itu justru memperburuk tubuh kita dengan jangka waktu yang lama penyakit akan tertimbun di dalam tubuh kita. Berikut manfaat sayur dan buah jika di konsumsi setiap harinya:

1. Terhindar dari berbagai macam penyakit, seperti penyakit kardiovascular, kanker, diabetes dan gangguan pencernaan. Survei di Amerika menyatakan bahwa resiko terkena penyakit kardiovascular dapat berkurang bila mengkonsumsi lebih dari 3 porsi buah dan sayur. Badan Penelitian Penyakit Kanker Dunia juga memperkirakan resiko terkena semua jenis kanker dapat berkurang sampai dengan 20% dengan makan sampai 5 porsi atau lebih buah dan sayur. Studi juga menunjukkan makanan berserat tinggi membantu kita terhindar dari penyakit diabetes dan kanker usus besar. Lebih lanjut dikatakan bahwa jenis kanker ini sangat jarang dijumpai di negara-negara yang diet tradisionalnya terutama terdiri dari makanan serelia, buah-buahan dan sayur-sayuran.

     2.  Kelebihan berat badan menyingkir dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan buah dan sayur mempunyai kandungan kalori yang cukup rendah. Buah dan sayur adalah makanan bebas lemak, kalaupun mengandung lemak adalah lemak yang baik untuk kesehatan kita. Dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah setiap hari terjadi penurunan asupan kalori yang membuat tubuh membakar lemak dalam tubuh kita ketika kalori yang kita keluarkan lebih banyak dari kalori makanan yang masuk.
3   3.  Berat badan terkontrol. Kandungan serat yang tinggi dari 5 porsi buah dan sayuran menyebabkan kita merasa kenyang sehingga kita tidak makan snack berkalori tinggi dan berat badan kita pun terkontrol.
4   4.  Buang air besar lancar setiap hari. Tingginya serat sayur dalam 5 porsi buah dan sayur menyebabkan proses metabolisme bekerja dengan lancar. Proses buang air besar pun mudah. Kotoran yang keluar tidak keras dan tubuh kita pun sehat. Kita terhindar dari penyakit wasir; atau bagi yang telah mempunyai masalah dengan wasir, dapat terhindar dari kondisi yang lebih parah (membesar atau berdarah).
5   5.  Tubuh menjadi lebih segar dan enerjik. Banyaknya kandungan vitamin dan mineral dalam buah dan sayur membuat tubuh. kita segar dan enerjik sehingga kita pun terhindar dari infeksi virus seperti influenza atau serangan bakteri lainnya. Kita juga tahu bahwa buah sangat diperlukan untuk recovery atau masa pemulihan setelah menderita sakit. Karena itu, telah menjadi suatu kebiasaan untuk membawa buah-buahan ketika kita menjenguk sanak-saudara atau teman yang sakit.
Inilah sembilan manfaat buah-buahan yang perlu Anda ketahui:
buahbuahan
  1. Buah mengandung banyak vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh, antara lain: vitamin A (beta-karoten), C dan E, magnesium, zinc, fosfor, dan asam folat. Riset menunjukkan asam folat berkhasiat mengurangi kadar homosistein, zat yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
  2. Buah 100% bebas kolesterol. Terlalu banyak kolesterol berbahaya bagi tubuh kita. Buah-buahan tidak/sangat sedikit mengandung kolesterol yang dapat menyebabkan penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan penyakit-penyakit lainnya.
  3. Buah merangsang kemampuan otak. Buah berperan positif terhadap kemampuan mengingat dan mengolah informasi di otak serta mencegah kepikunan (Alzheimer).
  4. Buah bermanfaat mencegah dan mengobati kanker. Terapi dengan diet jus buah dan sayuran yang terprogram dapat mengobati kanker dan berbagai macam penyakit. Buah-buahan yang berwarna merah dan ungu, seperti tomat, strawberry dan buah merah, mengandung banyak lycopene dan anthocyanins yang berkhasiat mengatasi kanker.
  5. Buah membuat kita merasa lebih bahagia. Mengkonsumsi buah dengan teratur dapat menghilangkan depresi dan membuat kita lebih bahagia.
  6. Buah adalah makanan yang paling alami. Buah adalah makanan yang tidak perlu diolah dan sangat alami (tentu saja, bila diproduksi tanpa pestisida berlebihan).
  7. Buah mengandung banyak serat yang bermanfaat mencegah sembelit (sulit buang air besar), ambeien dan kanker kolon.
  8. Buah adalah sumber utama antioksidan, zat yang menetralisir radikal bebas yang berperan terhadap penuaan dini dan penyebab berbagai penyakit. Produksi radikal bebas di dalam tubuh terutama dipicu oleh polusi, sinar matahari berlebihan, merokok dan alkohol.
  9. Buah menghemat belanja. Anda tidak harus merogoh kocek lebih dalam untuk mengkonsumsi buah, alihkan saja anggaran belanja Anda untuk makanan lain ke buah-buahan. Gantilah kudapan coklat atau kue Anda dengan buah-buahan.
 
Rajinlah mengkonsumsi Buah dan sayur setiap harinya dan tubuh anda akan terhindar dari penyakit karena daya tahan tubuh yang Vit.